Banyak sekali kendaraan roda dua, baik merek dan varian apapun, mengubah
 kelistrikannya menjadi fullwave alias gelombang penuh. Berikut cara 
umum modifikasi kelistrikan menjadi fullwave.
1. Syarat pertama modifikasi sistem kelistrikan fullwave:
Kawat kumparan stator (spul) pada alternator TIDAK BOLEH ada yang terhubung ke ground/massa. Jadi, semua ujung kawat kumparan (output) harus terpasang langsung ke Regulator sebagai “AC_INPUT”. Pada kebanyakan motor bebek/matik dengan sistem kelistrikan halfwave, salah satu output stator terhubung ke ground, baik secara langsung atau melalui kabel ground.
Pada gambar di atas tampak bahwa salah satu output / ujung kawat kumparan stator masih terhubung ke ground/massa.
Cabut soket kabel stator => set multimeter digital
 ke “continuity mode” => colok probe (pen tester) merah pada output 
“charging” dan probe hitam pada ground/rangka. Jika multimeter berbunyi,
 artinya kumparan stator masih terhubung dengan ground.
Sesuai syarat, ujung kawat yang terhubung ke ground harus 
dicabut/diangkat dari ground. Contohnya pada stator Honda Beat di bawah 
ini:
|  | 
| kawat spul dicabut dari ground | 
Dan jika ada, output lampu juga dicabut (boleh dari tab stator, boleh 
dari soket stator), karena nggak dipakai. Dengan begitu seluruh kumparan
 bakal digunakan sebagai AC_INPUT menuju regulator fullwave.
Jangan lupa, sambungan antara kawat kumparan dan kabel harus terisolasi dengan baik. Gunakan heat shrink tube atau selang bakar.
Secara skematik, modifikasi stator digambarkan seperti ini:
|  | 
| Modifikasi stator half-phase menjadi single-phase | 
2. Syarat kedua modifikasi sistem kelistrikan fullwave:
Menggunakan regulator yang emang didesain untuk mengkonversikan listrik 
AC ke DC secara fullwave. Regulator fullwave minim punya dua AC_INPUT 
(jika 1-phase) atau tiga AC_INPUT (jika 3-phase). Contoh di bawah adalah
 Regulator 1-phase milik Honda Tiger:
|  | 
| Regulator fullwave milik Honda Tiger | 
|  | 
| Soket 6-kaki untuk kiprok Honda Tiger | 
Pada saat memasang regulator baru tersebut, usahakan bodi regulator 
menempel erat pada rangka motor agar panas yg dihasilkan regulator bisa 
tersebar baik.
Karena penggantian regulator, tentu harus ada sedikit rombakan pada 
jalur-jalur kabelnya. Contohnya bisa dilihat pada skema di bawah ini:
|  | 
| Instalasi stator, regulator dan jalur kabel | 
————
Jadi, pada dasarnya, modifikasi sistem kelistrikan fullwave adalah sama 
untuk berbagai tipe sepeda motor. Bedanya paling banter cuma terletak 
pada desain stator dan warna kabel doang. Nah, yang punya niat tuk 
modifikasi sistem kelistrikan motornya, baca dan simak artikel ini 
baik-baik. Cetak ke kertas kalau perlu.
————
Apakah setelah modip harus ganti aki berkapasitas gede?
Tergantung kebutuhan. Fungsi aki nggak beda ama baterai cas (chargeable battery).
 Bisa menyimpan dan menyuplai listrik dalam durasi yang relatif lama. 
Yang jelas keberadaan aki adalah WAJIB meski kerjanya bisa dibilang 
nggak 100% kontinyu.
Pada saat putaran mesin rendah atau bahkan tidak menyala, 
voltase_output_regulator < voltase_output_aki. Pada kondisi ini aki 
menjadi suplier listrik ke beban-beban listrik seperti lampu, klakson, 
starter elektrik, dll. Namun ketika putaran mesin meningkat, hingga 
voltase_output_regulator > voltase_output_aki, maka aki “berhenti” 
menyuplai listrik, karena potensial listriknya lebih rendah daripada 
potensial listrik dari regulator — sama kayak air, listrik mengalir dari
 potensial tinggi ke potensial rendah — sehingga pada kondisi ini 
listrik disuplai oleh alternator (setelah dikonversi ke DC & dilimit
 oleh regulator), sementara aki berfungsi sebagai buffer, beban 
(charged), dan referensi voltase bagi regulator.
Jadi, tergantung apakah motormu lebih sering dipakai nangkring atau jalan (dengan berbagai pernak-pernik listrik menyala).
Apakah setelah modip bisa pasang macam-macam aksesoris listrik?
Modifikasi sistem kelistrikan fullwave bukanlah cheat
 “godmode”, semua ada batasnya. Bukan berarti setelah itu motormu bisa 
suplai listrik tanpa batas. Jadi, pinter-pinterlah memilih & 
memasang pernak-pernik elektrik di motor. Sesuaikan fungsinya dan 
efisiensinya. Kalo ada yang lebih irit, kenapa pilih yang boros? Kalo 
lampu rem dengan LED
 bisa keliatan dari jarak 50-100m, ngapain musti pake bohlam yang boros 
energi? Kalo dengan headlamp 35W~55W bisa ngeliat jalanan dengan jelas 
ngapain pake lampu 100W? Kalo HID 35W intensitas cahayanya setara bohlam
 halogen 55W, ngapain pilih halogen 55W?
Apakah dengan aki standar berpotensi overcharge?
Yang ngatur charging itu REGULATOR  Meski pake aki 30Ah sekalipun, kalo fungsi “monitoring” pada regulatornya error, potensi overcharge pasti ada. Jadi, selama komponen-komponen
 kelistrikan berfungsi normal (alternator, jalur kabel, regulator, aki, 
dkk) dan instalasinya benar, nggak ada masalah kalo masih pengen memakai
 aki standar.
 Meski pake aki 30Ah sekalipun, kalo fungsi “monitoring” pada regulatornya error, potensi overcharge pasti ada. Jadi, selama komponen-komponen
 kelistrikan berfungsi normal (alternator, jalur kabel, regulator, aki, 
dkk) dan instalasinya benar, nggak ada masalah kalo masih pengen memakai
 aki standar.
Apakah modifikasi fullwave berefek menurunkan performa mesin?
Setahunya nggak ada. Hasil pantauan RPM monitor nggak ada perubahan / 
penurunan RPM (putaran mesin) yang berarti nggak ada penurunan kinerja 
mesin. Sekian user (yang melakukan modifikasi fullwave) malah 
berkomentar tarikan mesin jadi lebih enteng. Tapi kalau ingin lebih 
terbukti, silakan lakukan dyno-test untuk mengetahui ada nggaknya dampak negatif terhadap performa mesin.



