Road race dan drag bike dua
balap motor yang berbeda konsep. Road race tidak hanya butuh mesin yang
kencang, tapi harus tahan. Sedangkan drag bike sekencang-kencangnya
karena hanya geber 201 meter. Soal ketahanan nomer dua.
Itu yang membuat peta korekan terhadap mesin juga berbeda. Seperti
ketika seting posisi pinggir seher terhadap bagian atas blok silinder.
Di road race, pinggir seher dibuat lebih mendem.
Bibir seher harus lebih mendem antara 0,6 sampai 0,8 mm dari blok atas.
Bahkan paling minimal banget dibuat 0,5 mm. Posisi seher lebih mendem
belum termasuk paking head. Paking head sendiri 0,3 mm. Jadi, totalnya
lebih dalam lagi.
Antara seher dan head jaraknya dibikin jauh agar motor tahan lama.
Karena pada putaran tinggi akan mengalami getaran tinggi. Kalau antara
seher dan head kelewat dekat bisa bertabrakan walau sangat kecil sekali.
Namun lama-lama seher rompal.
Kalau di drag bike, berbeda. Posisi seher ketika top dibuat rata dengan
bibir atas blok. Tidak takut seher mentok head karena dipake hanya
sebentar.
Selain itu, untuk menghindari mentok antara seher dengan head bisa
dipasang paking tebal. Misalnya menggunakan paking dari bahan tembaga.
Tebalnya bisa sampai 0,5 mm.
Namun perlu dilihat lagi. Motor-motor drag bisa dibikin rata antara
puncak seher dengan blok. Desain ruang bakar yang diaplikasi berbeda. Di
dalam ruang bakar terdapat nat.
Nat membuat ruang bakar seperti mendem. Nat dibuat selebar diameter
seher. Sehingga membuat jarak antara seher dengan head jadi jauh.
Intinya sama saja dengan road race dong.
Model ruang bakar nat seperti ini dijumpai di motor-motor balap 2-tak
zaman dulu. Ketika itu masih menggunakan Yamaha Force-1, Suzuki RG-Sport dan Satria 120 2-tak.
Kalau di motor 4-tak seperti di Honda Tiger 2000. Namun di road race,
model ruang bakar seperti ini tidak disukai. Katanya tidak enak dipakai.
Model ruang bakar seperti ini dipakai motor-motor drag Thailand.
Seperti di Yamaha Mio Tomo Speed Shop.