Bertugas membantu proses pembakaran, sesuai data timing pengapian
yang dihasilkan dari putaran rotor magnet yang disampaikan pulser dan
diolah oleh CDI, serta dibangkitkan oleh koil dan diteruskan ke busi.
Api dan suhu busi harus dapat mencegah pembakaran dini dan suhu busi
juga dituntut tinggi, untuk mencegah timbulnya endapan kerak. Dan untuk
melayani kebutuhan mesin dan kenyamanan berkendara, beberapa produsen
busi meluncurkan beberapa tipe busi, seiring pesatnya perkembangan
teknologi mesin.
Dan bagaimana kita mengenal daya tahan busi, kemampuan percikan bunga
api, serta menyetarakan dengan gaya berkendara kita dan kebutuhan? Dan
jenis busi apa yang cocok dikonsumsi untuk motor kita? Untuk itu kenali lebih dulu jenis busi, dari hasil investigasi mekanik dan tuner, berikut ini:
Busi standar
Bawaan motor setiap diluncurkan dari pabrikan. Bahan ujung elektroda
dari nikel dan diameter center electrode rata-rata 2,5 mm. Jarak
pemakaian busi standar bisa sampai 20 ribu Km, ketika kondisi pembakaran
normal dan tak dipengaruhi oleh faktor lain macam oli mesin dan
konsumsi BBM yang berlebihan efek peningkatan spek karbu .
Busi Platinum
Disuka kaum bikers penyuka touring, lantaran kemampuannya. Ujung elektroda terbuat dari nikel dan center
electrode dari platinum, sehingga pengaruh panas ke metal platinum
lebih kecil. Diameter center electrode 0,6 mm – 0,8 mm dan jangan heran,
ketika umur busi umur busi berkisar 30 ribu km.
Busi Iridium
Bisa dikatakan semi
kompetisi, ramai di-aplikasi tuner buat mesin non standar. Ciri khasnya
ujung elektroda terbuat dari nikel dan center electroda dari iridium
alloy warna platinum buram. Diameter center electroda 0,6 mm – 0,8 mm
mm. Dan umur busi berkisar 50 ribu hingga 70 ribu km. Keuntungannya,
berumur lama cocok buat mesin motor besar diatas 150 cc.
Busi Racing
Busi yang didesain dan dipersiapkan dengan bahan yang tahan terhadap
kompresi tinggi, serta temperatur mesin yang tinggi pula. Dan
dipersiapkan untuk mampu mengimbangi pemakaian full throttle dan deceleration.
Busi racing tidak sama dengan busi Iridium.
Diameter center electroda pun relatif kecil meruncing macam jarum. Umur
busi juga relatif pendek di 20 ribu – 30 ribu Km, itu ketika mesin
dominan bergasing di rpm tinggi diatas rpm 6000 pada temperatur mesin
yang tinggi.
Busi Resistor
Ini dia busi yang sering mengecoh konsumen, logo R latin dengan font
miring banyak yang mengira artinya racing. Dan sebenarnya R itu artinya
resistor. Busi ini dipakai untuk melindungi perangkat elektronik digital,
berupa speedometer, indikator pada kendaraan yang memakainya, terhadap
pengaruh gelombang radio dan sejenis nya. Maka, busi ber-kode R pada
busi mesti diingat, sebagai perlindungan perangkat elektronik digital
motor.
GUNAKAN BUSI PANAS ATAU BUSI DINGIN ?
Di pasaran tersedia juga dua macam busi yakni panas dan dingin. Banyak
informasi yang simpang siur masalah kegunaan kedua tipe busi ini.
Berikut penjelasan ciri dan kapan menggunakan busi ini.
Daerah tempat tinggal
Khusus daerah bersuhu dingin, seperti daerah pegunungan dan dataran
tinggi, paling pas memakai busi panas. Sebab, pemakaian busi dingin akan
mempercepat penumpukan kerak. Sedang, daerah panas macam tepi laut atau
metropolis, lebih baik memakai busi dingin. Untuk mencegah terjadinya
pre ignition atau pembakaran dini.
Kapasitas mesin & perbandingan kompresi
Perbandingan kompresi tinggi dan kapasitas mesin yang besar, sama-sama
menimbulkan panas. Logikanya mudah, makin besar nilai kapasitas mesin,
panas yang dikandung juga makin tinggi.
Di sini busi juga
menentukan kualitas pembakaran, dengan batasan diatas 150 cc, sebaiknya
menggunakan busi tipe dingin. Dan mengingat, motor harian dirancang
pabrikan menganut perbandingan kompresi rendah, maka suhu relatif rendah
ke panas. Dan faktor kapasitas mesin yang sebaiknya dijadikan pedoman.
Kesimpulan
Maka, pemakaian busi yang sesuai dengan mesin motor bisa, berdasar dari faktor ;
- Campuran bahan bakar dan udara
- Perbandingan kompresi
- Timing pengapian
- Oktan BBM
- Gaya pemakaian standar atau balap
- Suhu daerah sekitar
KENALI PROBLEM MESIN DARI KONDISI BUSINYA
Selain disebabkan kesalahan pemakaian jenis busi, ada problem lain yang biasa terjadi. Apa saja problemnya?
Kerak berlebihan di ujung busi
- Part pengapian ada yang rusak, diantara CDI, koil dan cop busi
- Terlalu lama mengendarai motor di RPM rendah
- Kode busi terlalu dingin
- Bahan bakar dan udara campurannya terlalu gemuk
Panas berlebihan
- Kode busi terlalu panas
- Setingan udara /bahan-bakar terlalu kering
- Penumpukan kerak di ruang bakar mulai banyak
- Terlalu sering full throtle
EFEK GAP BUSI RAPAT ATAU RENGGANG
Sering dialami oleh semua pengendara, kadang celah center elektroda busi
mengalami perubahan, cenderung merapat atau kadang merenggang. Sesuai
dengan tradisi, celah center elektroda busi kadang dibenahi sendiri oleh
pengendara. Apa pengaruh nya terhadap mesin ketika terlalu renggang dan
rapat?
Gap rapat
Pengapian akan melemah atau kecil dan tak sesuai dengan pembakaran, itu
sisi negatifnya. Tapi keuntungannya, busi selalu memercikan api di
setiap peningkatan rpm mesin dengan kurva yang rapat.
Gap renggang
Kelemahannya, pengapian pada rpm dan kecepatan tinggi akan kacau, tapi
pengapian kuat dan pembakaran lebih sempurna itu terjadi pada rpm rendah
dan menengah
MUDAH BACA KODE BUSI
W24ES-U (Denso)
W : Diameter ulir busi (W-14 mm)
24 : Tingkat panas busi, kalau nilainya semakin besar berarti bertipe lebih dingin
E : Panjang ulir 19 mm
S : Tipe penggunaan busi S-standar
U : Konfigurasi gap busi
CPR 7HSP-9 (NGK)
C : Diameter ulir busi (B : 14 mm, C : 1 0mm, D : 12mm)
P : Type rancangan busi (hanya pabrikan yg tahu kode ini)
R : Busi dengan resistor di dalamnya (untuk mesin dengan teknology
digital menggunakan busi type ini untuk menghindari terjadinya frekuensi
yg dapat mengganggu pembacaan sensor digital)
“7″ : Tingkat panas busi. Kalau tambah kecil angkanya 6, 5, 4 disebut
busi panas dan sebaliknya tambah besar 8, 9 diklaim sebagai busi dingin
H : Panjang ulir busi, ada tiga jenis kode huruf yang dipakai. Kalau H = 12,7 mm , E = 19 mm dan L = 11,2 mm
S : Type elektroda tengah. Kode lain, ada IX artinya bahan iridium
dan G menunjukkan tipe busi racing. Kalau P platinum dan S standar.
“9″ : Celah inti elektroda busi, angka 9 artinya celah busi 0,9mm dan kalau 10 celah busi 1 mm
KODE ELEKTRODA BUSI
C : Copper Core Center Elektroda
D : 2 ground Electroda
P : Platinum Elektroda
R : Burn off Resistor
S : Silver electroda
T : 3 Ground Elektroda
V : Wide Gap 1,3 mm
W : Wide Gap 0,9 mm
X : Wide Gap 1,1 mm
Y : Wide Gap 1,5 mm
Z : Wide Gap 2,0 mm
MENGENAL BAGIAN BUSI
Terminal
Bagian atas busi yang dihubungkan dengan sistem pengapian
Insulator (pembungkus center elektroda)
Bagian utama dari insulator terbuat dari porselen atau keramik, untuk
memberikan dudukan mekanis terhadap center elektroda, agar listrik
tegangan tinggi dapat terinsulasi. Panas keramik juga membantu membakar deposit kerak.
Ribs (keramik atas yang membungkus terminal yang berhubungan dengan cop busi )
Dengan memperpanjang permukaan antara terminal tegangann tinggi dan metal case
dengan ground dari busi, maka bentuk fisik dari rib memberikan fungsi
untuk meningkatkan insulasi listrik dan mencegah kebocoran energi
listrik sepanjang permukaan insulator dari teminal metal case.
Insulator tip
Bagian ujung insulator yang masuk ke dalam ruang bakar mesin, dituntut
mampu menahan temperatur tinggi dan menjaga insulasi elektrik. Untuk
mencegah elektroda kepanasan, maka bagian ini harus memiliki
konduktifitas panas yang baik.
Seals
Mencegah kebocoran dari ruang bakar mesin
Metal case
Mengikat panas dari insulator dan menyalurkan ke silinder cop, juga
berfungsi sebagai ground bagi spark melalui center elektroda ke side
elektroda.
Center elektroda
Terhubung ke terminal melalui kabel initernal dan tahanan keramik untuk
mengurangi emisi gangguan radio yang dihasilkan dari pengapian. Ujung
nya dapat terbuat dari kombinasi copper, nickel-iron chromium atau metal
bernilai tinggi. Dan side elektroda atau ground elektroda terbuat dari
nickel steel dan dipatrikann di sisi meral case.
HARGA BUSI AFTERMARKET
TDR 485 B Rp. 25 ribu
Bosch X5DC Rp. 15 ribu
FKY IR-C7 HM Rp. 28 ribu
NGK D8EVX Rp. 25 ribu
Liben C7 EX Rp. 25 ribu
Autolite 4163 Rp. 15 ribu
Denso Iridium 1 X 24 Rp. 95 ribu
Nology AOS Rp. 185 ribu