Tuntutan kerja mesin untuk menghasilkan performa motor maksimal menuntut
adanya sistem pendingin dapur pacu yang optimal. Masalahnya, tanpa
dukungan pendinginan optimal dapat membuat mesin overheating. Sistem
konvensional seperti sirkulasi udara, water atau liquid-cooled, dan
oil-cooled sudah dianggap tidak lagi memadai. Karena itu, perlu
terobosan agar pendinginan mesin semakin optimal. Hal ini sudah disadari
oleh pabrikan motor.
Inovasi dilakukan dengan memadukan sirkulasi udara dan air-cooled di mesin 4-tak yang memaksimalkan pendinginan dapur pacu. Fungsi pelumas sebagai cooling system dipadu aliran udara dari leg shield (sayap motor) saat motor berjalan.
Selanjutnya sistem pendingin ini berkembang sesuai tuntutan kerja mesin. Salah satunya, aplikasi piston
cooler Yamaha Jupiter Z yang mengadopsi teknologi pendinginan piston
ala Yamaha YZF-R1. Dimana, pendingin piston bekerja dengan cara injeksi
yang menyemprotkan oli ke piston agar suhunya tetap ideal.
Kerja injeksi menggunakan nosel yang segaris dengan kruk as untuk
menyemburkan pelumas ke piston. Semprotan dilakukan pompa oli secara
simultan saat piston melakukan langkah kompresi maupun dekompresi.
Agar nosel injeksi menyemburkan tekanan oli kuat ke piston, pabrikan
Yamaha memodifikasi pompa oli Jupiter Z dengan mengubah roda gear dan
lebar pompa lebih besar. Sistem piston cooler lebih sempurna dibantu
terpaan angin membuat suhu mesin turun hingga 20 persen.
Gesekan piston di liner silinder lebih lancar, suara mesin lebih halus. Hasilnya, berdampak ke bearing kruk as, connecting rod, dan pin piston yang lebih awet. Risiko piston macet atau dinding liner silinder tergores dapat diminimalkan.
Meski cukup canggih, harus diperhatikan risiko nosel tersumbat kotoran.
Namun kemungkinan ini kecil, karena tekanan kuat dari pompa. Yang
penting, sering membersihkan filter oli, tidak telat ganti oli dan
menggunakan pelumas sesuai anjuran pabrik.